Saat itu musim panas. Aku bekerja hingga jam 5 sore dan tidak sabar ingin segera pulang.
Adik perempuanku telah menungguku dirumah dan katanya bakal ada kejutan untukku.
Adikku berumur 18 tahun dan aku sendiri 20 tahun. Ia memiliki rambut hitam panjang dan bentuk tubuh yang sangat proporsional bagi gadis seusianya.
Payudaranyapun termasuk cukup besar, 36A.
Saat itu ia masih perawan hingga bakal apa yang telah terjadi diantara kami.
Aku telah merampas keperawanannya, adikku sendiri!
Sementara itu, dengan terburu-buru aku pulang kerumah untuk ingin segera tahu dengan apa yang ia sampaikan melalui telepon tadi saat di kantor. “Suatu Kejutan”.
Setibanya dirumah aku segera masuk dan ternyata suasana sangat sepi kecuali, samar-samar kudengar suara cekikan kecil dari lantai atas.
Aku segera naik keatas menuju kamar adikku dan suara tawa kecil itu semakin jelas terdengar.
Ia segera bertanya dari dalam kamarnya, “Eric?”…”Kaukah itu?”
“Yah..ini aku, Amanda”, balasku kemudian.
“Masukklah kemari”, balasnya kemudian. Kali ini suara itu seperti agak sedikit ‘nakal’.
Aku segera membuka pintu kamarnya dan masuk.
Kulihat ada Charlie, teman wanitanya.
Mereka berdua mengenakan pakaian yang cukup seksi menurutku. Adikku mengenakan rok mini sebatas pantatnya dan baju kaos ketat hingga bentuk BH nya tergambar jelas.
Baju itu terlalu pendek untukknya hingga bagian pusar perut dan sekitarnya terbuka bebas.
Temannya, Carlie, mengenakan rok yang tidak jauh beda jenisnya dengan adikku.
Sayangnya rol itu terlalu lebar, hingga dengan jelas nampak celana dalam pink-nya. Baju kaos putihnyapun sedikit longgar tetapi berbahan halus sehingga nampak jelas kalau ia tak mengunakan BH.
Dengan pemandangan sesaat seperti itu, sontak penisku ‘berdiri’.
Aku segera menghampiri mereka dan duduk bersama di pinggir kasur.
Saya bertanya pada Charlie, “Apakah kamu masih perawan, Charlie?”
Ia mengangukkan kepalanya dan berkata, “Yah..dan Amanda bilang kamu hebat dlm bercinta dimana aku ingin melepaskan keperawananku”.
Aku tersontak kaget mendengar jawabannya. Penisku protes keras atas jawaban lantang itu dan segera ‘langsung mengacungkan diri!’
Aku segera menarik tubuh Charlie dan segera kucium bibirnya.
Seluruh lehernya kucium dan kupagut dibarengi dengan pijitan halus tanganku pada payudaranya.
Ia langsung merintih nikmat!
Amanda yang tadinya diam melihat aksi kami segera menghampiriku dan membuka retsleting celanaku. Meraih penisku, membasahi dengan air liurnya dan segera melumat batang penis itu. Aku biarkan aksi adikku, dan kukonsentrasikan pada Charlie untuk sementara ini.
Akupn segera mengangkat dan melepaskan baju kaos Charlie dan nampaklah payudara yang sangat sehat dan segar terpampang disana.
Puting payudara itu telah mengeras.
Aku segera melumat kedua puting payudara tersebut secara bergantian. Sesekali aku mengigit halus puting payudara pink itu dan ini membuatnya semakin histeris nikmat.
Adikku segera membantu dengan menarik rok mini dan celana dalam Charlie. Charlie telah bugil sekarang.
Adikku meminta agar aku segera berbaring. Akupun melepas lumatan pada puting payuadara Charlie dan segera kuberdiri untuk melepas semua pakaianku. Kemudian aku segera berbaring dikarpet lantai.
Sekarang aku terbaring sendiri dilantai dengan kondisi telanjang, sementara adikku segera membuka pula pakaiannya.
Adikku langsung menghampiriku dan mencium dada dan sekitar tubuh atasku. Charlie menyusul kemudian turun kelantai dan segera meraih penisku untuk kemudian ia lumati.
Tak lama berselang adikku mulai mengarahkan vaginanya pada penisku dan dengan perlahan penis itu mulai menerobos masuk vaginanya. “srrettttt…..srrettt….”, suara gesekan kulit penisku dan otot vagina adikku yang masih agak kering. Charlie hanya duduk bersila menatap bagaimana penisku inchi demi inchi memasuki vagina adikku.
Akhirnya dengan beberapa kali ayunan pinggul adikku, penisku berhasil ia telan semua. “sleeeeeppppp…….”, terasa sangat nikmat dan hangat!
Adikku memerintahkan Charlie yang hanya memandang untuk melumat penisku saat ia sedikit mencabut dari vaginanya.
Charlie segera menunduk diantara selangkanganku dan menunggu.
Adikku segera mengangkat pantatnya tetapi tidak membuat kepala penisku terlepas dari vaginanya.
Ia mempersilahkan Charlie untuk melumat batang penisku. Bisa dibayangkan posisi adikku saat itu.
Posisinya agak sedikit menungging dan ia pertahankan posisi itu.
Charlie segera menyusup diantara celah pantat adikku dan segera melumat batang penisku yang agak sedikit berbusa karena cairan pre-sperma adikku. Charlie menjilati dan melumat sedapatnya batang penisku.
Busa sperma yang ada dipenisku telah bersih ia jilati.
Kemudian adikku berkata, “Kini giliranku….”.
Charlie segera keluar dari celah pantat adikku, kemudian adikku segera menekan kembali penisku dengan vaginanya dan memutar-mutar pantatnya. Gerakannya seperti ‘Kamasutra’!
Tak lama ia puas dengan ‘gilingannya’, adikku segera mengangkat kembali pantatnya dan memberi kode Charlie untuk kemudian menjilati penisku.
Setelah agak sedikit bersih batang penisku, adikku memberi kode pada Charlie bahwa kini ‘gilirannya’.
Charliepun segera keluar dari celah pantat itu dan adikku mengiling kembali batang penisku. Demikian hal ini mereka lakukan secara berulang-ulang. Nampaknya mereka telah melakukan ‘diskusi seks’ terlebih dahulu sebelum kedatanganku!
Dan mereka sangat menikmati aksinya.
Adikku mulai mendekati klimaksnya dan kali ini ia melakukan aksi solo genjotannya untuk menuntaskan orgasme yang hampir tiba. “plookkkk…ploookkk…plokkk…, suara benturan pahaku dan adikku.
Ia semakin mempercepat goyangan dan vaginanya itu mulai menjepit keras penisku. “Aku…datanggg…..oooo…myyy…godddd…”, teriaknya sambil menyemburkan beberapa kali spermanya dari dalam vagina itu. “serrrrrr……serrrrr……serrr…serrr..”, sperma adikku menyembur keras!
Adikku mengejang nikmat meresapi semburan spermanya. “oohhhh…..yessss…yesss…yessss…”, teriaknya puas menikmati semburan spermanya yang mulai ‘reda’.
Spermanya mengaliri batangku hingga membasahi buah zakarku. Hangat sekali.
Amanda, adikku segera terkulai lemas dan mencabut vaginanya. Ia langsung berbaring disampingku. Charlie hanya tersenyum memandangi aksi kami.
Akupun segera berdiri dan menyuruh Charlie untuk melumat dan membersihkan penisku.
Charlie segera melumat batang penisku dan membersihkan semua ‘lumpur’ yang melekat pada batang penis itu.
Aku segera menyuruh Charlie untuk berbaring.
Kubuka lebar selangkangan paha itu sehingga nampak jelas vagina dengan sedikit bulu halus mengitarinya.
Aku mulai mengarahkan penisku pada vagina perawan Charlie dan mulai mencoba untuk melakukan penetrasi.
Charlie langsung menjerit sakit saat penisku mulai mencoba menerobos sedikit demi sedikit pertahanan vaginanya.
Ia hanya mengigit bibirnya sambil menahan sakit setiap inchi demi inchi penisku menembus vaginanya.
Aku terus mengenjotnya secara perlahan, “sreepp…srepp…”.
Penisku seperti membentur tumpukan tulang saking kerasnya pertahanan itu.
Charlie berontak kesana kemari saat perawanannya mulai jebol.
“Auuuuwwww….auuuwwww…sakit Eric!”, jeritnya keras.
“It’s… ok..”, pintaku supaya tenang.
Darah perawan itu mulai keluar dari vaginanya seiring genjotanku keatas.
Aku terus mengenotnya hingga batang penis itu berhasil kutengelamkan dalam vaginanya.
Tangannya mengapai dan menjambak apa saja yang ada disekelilingnya.
Charlie seperti kerasukan setan saat penisku mulai terbenam total dalam vaginanya.
“ooohhhh….godddd….sakit sekaliiiiiii”, teriaknya memelas.
Aku segera menarik penisku dan tak lama kemudian kuhujamkan kembali kedalam vaginanya.
Charlie terbelalak berkelojotan. Aksiku yang secara beruntun membuatnya tidak sempat untuk menghilangkan rasa sakitnya.
Kucengkeram kedua pahanya yang mulai berontak kesana kemari agar tenang.
Cengkeraman tanganku dipahanya membuatnya tak bisa berkutik. Akupun leluasa mencabut batang penisku dan terus menghujami vaginanya.
Charlie hanya mengigit kedua bibir merahnya menahan segala rasa.
AKhirnya irama genjotanku mulai agak sedikit cepat seiring kenikmatan yang mulai ia rasakan.
Kenikmatan yang mulai Charlie rasakan membuat vaginanya terasa ‘gatal’ dan ingin segera aku mengenjotnya dengan keras dan cepat!
“Fuck me hard now…fuck me hard now!”, pintanya untuk mengenjot vaginanya lebih cepat dan keras lagi.
Akupun tidak ragu lagi untuk menghujamkan penisku dalam vaginanya dengan sekuat tenaga.
Kuangkat kedua kakinya keatas pundakku, dan kuhujamkan dengan keras vagina itu.
Charlie semakin kelojotan. Ia seperti kuda liar yang sulit ditaklukan. Semakin keras kutikam vaginanya semakin ia kerasukan.
“ohhhh…that’s fucked!”, teriaknya menerima terjangan penisku.
Aku kemudian mencabut penisku dan menyuruh Charlie untuk menindih adikku dan menciummnya yang masih terbaring memandangi kami bercinta sambil mengusap kedua payudaranya. Sepertinya gairah birahi adikku bangkit kembali.
Charlie segera bangun dan kemudian ia menindih adikku sambil menciumnya.
Aku meminta Charlie agar sedikit nunging.
Segera kubuka lubang kecil anus Charlie dengan kedua tanganku dan kujilati anusnya.
Charlie merasa geli dengan aksiku.
Akupun mulai berdiri mengankangi mereka berdua dan segera kuarahkan penisku pada anus Charlie.
Sedikit demi sedikit mulai menembus dan memasuki anusnya. Setelah merasa semua batang penisku mulai tengelam dalam anusnya, akupun mulai mengenjot anusnya. Semakin lama semakin cepat.
Kusuruh adikku yang berada paling bawah untuk memainkan dan memasukkan jarinya pada vagina Charlie.
Charlie histeri keras, “Yesss…yess….yessss….”.
2 lobangnya merasakan tikaman bertubi-tubi…
Charlie menjadi semakin liar dan gila…
“Lakukan sekarang Ric…sekarang…”, pinta Charlie histeris….
Akupun melepaskan penis ku dan Charlie segera berbalring kembali.
Segera kugenjot kembali vagina Charlie dengan keras dan cepat…dan Charlie…mengerang…nikmat…
“Aku…keluar sekarang…”, teriaknya panjang…sambil menyemburkan spermanya kencang…”serrr….serrr….serr….”
Aku mempercepat genjotanku ……dan….segera kucabut penisku. Aku langsung masturbasi didepan mukanya dan….”crottt…crottt….croott….croootttt..”, muka itu bersimbanh dengan spermaku….sebagian masuk dalam mulutnya…dan iapun menelannya….
“Ouwwwww…nikmatnya…”, bathinku beteriak lemas.
Adikkupun seger menghampir Charlie dan meciumnya sebagai rasa suka cita…
Kamipun akhirnya segera menuju shower dan mandi bersam sambil tertawa gembira…
“Tadi benar2 sangat menyenangkan”, kata mereka berdua padaku dalam shower itu.
“Ya..mungkin kita akan melakukan yang lebih menyenangkan lagi kelak”, selorohku gembira..
“Oh yah?”, tanya Charles padaku.
“Tentu saja, jika kalian menginginkan”, kataku kembali.
Dan kamipun tertawa kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar