Cerita berikut adalah cerita dari salah satu teman korespondensi saya, Nadia. Dia menceritakan kisah nyata dia tentang pengalaman dia berhubungan dengan anak tetangganya sendiri. Cerita tersebut akan saya paparkan dengan tambahan pernak-pernik sensual agar menarik untuk dibaca.
Nadia, 29 tahun, adalah seorang ibu rumah tangga dengan 2 orang anak 3 dan 5 tahun. Suaminya, Herman, 36 tahun, adalah karyawan dari salah satu perusahaan swasta besar di Bandung. Perawakan Nadia sebetulnya biasa saja seperti kebanyakan. Yang membuatnya menarik adalah bentuk tubuhnya yang sangat terawat. Buah dadanya tidak terlalu besar, tapi enak untuk dipandang, sesuai dengan pinggangnya yang ramping dan pinggulnya yang bulat.
Kehidupan rumah tangga mereka sangat harmonis. Dengan 2 anak yang sedang lucu-lucunya, ditambah dengan posisi Herman yang cukup tinggi di perusahaannya, membuat mereka menjadi keluarga yang cukup di hormati di lingkungan kompleks mereka tinggal. Nadia pada dasarnya adalah istri yang sangat setia kepada suaminya. Tidak pernah ada niat berkhianat terhadap Herman dalam hati Nadia karena dia sangat mencintai suaminya. Tapi ada satu peristiwa yang menjadi awal berubahnya cara berpikir Nadia tentang cinta..
Suatu siang, Nadia sedang mengasuh anaknya di depan rumah. Dikarenakan kedua anaknya waktu itu berlari jauh dari rumah, maka Nadia langsung mengejar mereka. Tapi tanpa disengaja, kakinya menginjak sesuatu sampai akhirnya Nadia terjatuh. Lututnya memar, agak mengeluarkan darah. Nadia langsung berjongkok dan meringis menahan sakit. Pada waktu itu, Darmawan, anak tetangga depan rumah Nadia kebetulan lewat mau pulang ke rumahnya. Ketika melihat Nadia sedang jongkok sambil meringis memegang lututnya, Darmawan langsung lari ke arah Nadia.
"Kenapa tante?" tanya Darmawan.
"Aduh, lutut saya luka karena jatuh, Wan..." ujar Nadia sambil meringis.
"Bantu saya berdiri, Wan..." kata Nadia.
"Iya tante," kata Darmawan sambil memegang tangan Nadia dan dibimbingnya bediri.
"Wan, tolong bawa anak-anak saya kemari.. Anterin ke rumah saya, ya..." kata Nadia.
"Iya tante," kata Darmawan sambil segera menghampiri anak-anak Nadia.
Sementara Nadia segera pulang ke rumahnya sambil tertatih-tatih. Waktu Darmawan mengantarkan anak-anak Nadia ke rumahnya, Nadia sedang duduk di kursi depan sambil memegangi lututnya.
"Ada obat merah tidak, tante?" tanya Darmawan.
"Ada di dalam, Wan," kata Nadia.
"Kita ke dalam saja..." kata Nadia lagi sambil bangkit dan tertatih-tatih masuk ke dalam rumah.
Darmawan dan anak-anaknya mengikuti dari belakang.
"Ma, Donny ngantuk," kata anaknya kepada Nadia.
"Tunggu sebentar ya, Wan. Saya mau antar mereka dulu ke kamar. Sudah waktunya anak-anak tidur siang," kata Nadia sambil bangkit dan tertatih-tatih mengantar anak-anaknya ke kamar tidur.
Setelah mengantar mereka tidur, Nadia kembali ke tengah rumah.
"Mana obat merahnya, tante?" tanya Darmawan.
"Di atas sana, Wan..." kata Nadia sambil menunjuk kotak obat.
Darmawan segera bangkit dan menuju kotak obat untuk mengambil obat merah dan kapas. Tak lama Darmawan segera kembali dan mulai mengobati lutut Nadia.
"Maaf ya, tante.. Saya lancang," kata Darmawan.
"Tidak apa-apa kok, Wan. Tante senang ada yang menolong," kata Nadia sambil tersenyum.
Darmawan mulai memegang lutut Nadia dan mulai memberikan obat merah pada lukanya.
"Aduh, perih..." kata Nadia sambil agak menggerakkan lututnya.
Secara bersamaan rok Nadia agak tersingkap sehingga sebagian paha mulusnya nampak di depan mata Darmawan. Darmawan terkesiap melihatnya. Tapi Darmawan pura-pura tak melihatnya. Tapi tetap saja paha mulus Nadia menggoda mata Darmawan untuk melirik walau kadang-kadang. Hati Darmawan agak berdebar.. Biasanya dia hanya bisa melihat dari kejauhan saja lekuk-lekuk tubuh Nadia. Atau kadang-kadang hanya kebetulan saja melihat Nadia memakai celana pendek.
Darmawan biasanya hanya bisa membayangkan saja tubuh Nadia sambil onani. Tapi kini, di depan mata sendiri, paha mulus Nadia sangat jelas terlihat. Nadia sepertinya sadar kalau mata Darmawan sesekali melirik ke arah pahanya. Segera Nadia merapikan duduknya dan juga menutup pahanya. Darmawanpun sepertinya terkesima dengan sikap Nadia tersebut. Darmawan menjadi malu sendiri..
"Sudah saya berikan obat merah, tante..." kata Darmawan.
"Iya, terima kasih," kata Nadia sambil tersenyum.
"Sekarang sudah mulai tidak terasa sakit lagi," ujar Nadia lagi sambil tetap tersenyum.
Darmawan, 16 tahun, adalah anak tetangga depan rumah Nadia. Masih duduk di bangku SMP kelas 3. Seperti kebanyakan anak laki-laki tanggung lainnya, Darmawan adalah sosok anak laki-laki yang sudah mulai mengalami masa puber.
"Kenapa kamu nunduk terus, Wan?" tanya Nadia.
"Tidak apa-apa, tante..." ujar Darmawan sambil sekilas menatap mata Nadia lalu menunduk lagi sambil tersenyum malu.
"Ayo, ada apa?" tanya Nadia lagi sambil tersenyum.
"Anu, tante.. Maaf, mungkin tadi sempat marah karena tadi saya sempat melihat secara tidak sengaja..." kata Darmawan sambil tetap menunduk.
"Lihat apa?" tanya Nadia pura-pura tidak mengerti.
"Lihat.. Mm.. Lihat ini tante," kata Darmawan sambil tangannya mengusap-ngusap pahanya sendiri. Nadia tersenyum mendengarnya.
"Tidak apa-apa kok, Wan," kata Nadia.
"Kan hanya melihat.. Bukan memegang," kata Nadia lagi sambil tetap tersenyum.
"Lagian, saya tidak keberatan kok kamu melihat paha tante tadi," kata Nadia lagi sambil tetap tersenyum.
"Kamu kan tadi sedang menolong saya memberikan obat," kata Nadia.
"Benar tante tidak marah?" tanya Darmawan sambil menatap Nadia.
Nadia menggelengkan kepalanya sambil tetap tersenyum. Darmawanpun jadi ikut tersenyum.
"Tante sangat cantik kalau tersenyum," kata Darmawan mulai berani.
"Ihh, kamu tuh masih kecil sudah pintar merayu..." kata Nadia.
"Saya berkata jujur loh, tante," kata Darmawan lagi.
"Kamu sudah makan, Wan?" tanya Nadia.
"Belum tante. Saya pulang dari rumah teman tadi belum makan," kata Darmawan.
"Makan disini saja, ya.. Temani saya makan siang," ajak Nadia.
"Baik tante, terima kasih," kata Darmawan.
Mereka menikmati makan siang di meja makan bulat kecil. Ketika sedang menikmati makan, tanpa sengaja kaki Darmawan menyentuk kaki Nadia. Darmawan kaget, lalu segera menarik kakinya.
"Maaf tante, saya tidak sengaja," kata Darmawan.
"Tidak apa-apa kok, Wan..." kata Nadia sambil matanya nenatap Darmawan dengan pandangan yang berbeda.
Ketika kaki Darmawan menyentuh kakinya, seperti terasa ada sesuatu yang berdesir dari kaki yang tersentuh sampai ke hati. Nadia merasakan sesuatu yang lain akan kejadian tak sengaja itu.. Tiba-tiba Nadia merasakan ada sesuatu keinginan tertentu muncul yang membuat perasaannya tidak menentu. Sentuhan kaki Darmawan terasa begitu hangat dan membangkitkan suatu perasaan aneh..
"Kamu sudah punya pacar, Wan?" tanya Nadia sambil menatap Darmawan.
"Belum tante," kata Darmawan sambil tersenyum.
"Lagian saya tidak tahu caranya mendapatkan perempuan," ujar Darmawan lagi sambil tetap tersenyum. Nadiapun ikut tersenyum.
"Pernah tidak kamu punya keinginan tertentu terhadap perempuan?" tanya Nadia lagi.
"Keinginan apa tante?" tanya Darmawan. Nadia tersenyum.
"Kita habiskan dulu makannya. Nanti kita bicara..." kata Nadia.
Selesai makan, mereka duduk-duduk di ruang tengah.
"Kamu ada sesuatu yang harus diselesaikan di rumah tidak saat ini?" tanya Nadia.
"Tidak ada, tante," kata Darmawan.
"Tadi tante mau tanya apa?" kata Darmawan penasaran.
"Begini, apakah kamu suka kepada wanita tertentu? Maksud saya suka kepada tubuh wanita?" tanya Nadia.
"Kita bicara jujur saja, ya.. Saya tidak akan bicara pada siapa-siapa kok," kata Nadia lagi.
"Kamu juga mau kan jaga rahasia pembicaraan kita?" kata Nadia lagi.
"Iya, tante," kata Darmawan.
"Kalau begitu jawablah pertanyaan tante tadi..." kata Nadia sambil tersenyum.
"Ya, saya suka melihat perempuan yang tubuhnya bagus. Saya juga suka tante karena tante cantik dan tubuhnya bagus," kata Darmawan tanpa ragu.
"Maksudnya tubuh bagus apa," tanya Nadia lagi. Darmawan agak ragu untuk menjawab.
"Ayolah..." kata Nadia sambil memegang tangan Darmawan. Tangan Darmawan bergetar.. Nadia tersenyum.
"Mm.. Saya pernah.. Pernah lihat majalah Playboy, juga.. Juga.. Juga saya pernah lihat VCD porno.. Mm.. Mm.. Saya lihat banyak perempuan tubuhnya bagus..." kata Darmawan dengan nafas tersendat.
"Oh, ya? Di VCD itu kamu lihat apa saja," kata Nadia pura-pura tidak tahu, sambil terus menggenggam tangan Darmawan yang terus gemetar.
"Mm.. Lihat orang sedang begituan..." kata Darmawan.
"Begituan apa?" tanya Nadia lagi.
"Ya, lihat orang sedang bersetubuh..." kata Darmawan.
Nadia kembali tersenyum, tapi dengan nafas yang agak memburu menahan sesuatu di dadanya.
"Kamu suka tidak film begitu?" tanya Nadia.
"Iya suka, tante?" kata Darmawan sambil menunduk.
"Mau coba seperti di film, tidak?" kata Nadia.
Darmawan diam sambil tetap menunduk. Tangannya makin gemetar. Nadia mendekatkan tubuhnya ke tubuh Darmawan. Wajahnya di dekatkan ke wajah Darmawan.
"Mau tidak?" tanya Nadia setengah berbisik.
Darmawan tetap diam dan gemetar. Wajahnya agak tertunduk. Nadia membelai pipi anak tanggung tersebut. Lalu diciumnya pipi Darmawan. Darmawan tetap diam dan makin gemetar. Nadia terus menciumi wajah Darmawan, lalu akhirnya dilumatnya bibir Darmawan.. Lama-lama Darmawanpun mulai terangsang nafsunya. Dengan pasti dibalasnya ciuman Nadia.
"Masukkan tangan kamu ke sini..." kata Nadia dengan nafas memburu sambil memegang tangan Darmawan dan mengarahkannya ke dalam baju Nadia.
"Masukkan tangan kamu ke dalam BH saya, Wan.. Pegang buah dada saya," kata Nadia sambil tangannya meremas kontol Darmawan dari luar celana.
Sementara tangan Darmawan sudah masuk ke dalam BH Nadia dan mulai meremas-remas buah dada Nadia.
"Mmhh.. Terus sayang..." kata Nadia.
"Tangan saya pegal, tante..." kata Darmawan polos.
"Uhh.. Kita pindah ke kamar, yuk..." ajak Nadia sambil menarik tangan Darmawan. Sesampainya di dalam kamar..
"Buka pakaian kamu, Wan..." ujar Nadiapun melepas seluruh pakaiannya sendiri.
"Iya, tante..." kata Darmawan.
Nadia setelah melepas seluruh pakaiannya, segera naik dan telentang di tempat tidur. Darmawan terkesima melihat tubuh telanjang Nadia. Seumur-umur Darmawan, baru kali ini dia melihat tubuh telanjang wanita di depan mata. Apalagi wanita tersebut adalah wanita yang sering di bayangkannya bila onani. Kontol Darmawan langsung tegang dan tegak..
"Naik sini, Wan..." kata Nadia.
"Iya, tante..." kata Darmawan.
"Sini naik ke atas tubuh saya..." kata Nadia sambil mengangkangkan pahanya.
Darmawan segera menaiki tubuh telanjang Nadia. Nadia langsung melumat bibir Darmawan dan Darmawanpun langsung membalasnyanya dengan hebat. Sementara satu tangan Darmawan meremas buah dada Nadia yang tidak terlalu besar. Sementara kontol Darmawan sesekali mengenai belahan memek Nadia.
"Ohh.. Mmhh.. Terus remas.. Terus..." desah Nadia sambil memegang tangan Darmawan yang sedang meremas buah dadanya, dan tangan mereka bersamaan meremas buah dadanya.
"Ohh.. Sshh..." kata Nadia. Darmawanpun dengan bernafsu terus meremas dan menciumi serta menjilati buah dada Nadia.
"Wan, jilati memek ya, sayang..." pinta Nadia.
"Tapi saya tidak tahu caranya, tante," kata Darmawan polos.
"Sekarang dekatkan saja wajah kamu ke memek, lalu kamu jilati belahannya..." kata Nadia setengah memaksa dengan menekan kepala Darmawan ke arah memeknya.
Darmawan langsung menuruti permintaan Nadia. Dijilatinya belahan memek Nadia sampai tubuh Nadia mengejang menahan nikmat.
"Ohh.. Mm.. Ohh.. Terus jilat, sayang..." desah Nadia sambil meremas kepala Darmawan.
"Wan, kamu jilati bagian atas sini..." kata Nadia sambil jarinya mengelus kelentitnya.
Lalu lidah Darmawan menjilati habis kelentit Nadia.. Nadia kembali menggelepar merasakan nikmat yang teramat sangat.
"Teruss.. Sshh.. Ohh..." desah Nadia sambil badannya semakin mengejang.
Pahanya rapat menjepit kepala Darmawan. Sementara tangannya semakin menekan kepala Darmawan ke memeknya. Tak lama..
"Ohh..." desah Nadia panjang. Nadia orgasme.
"Sudah, Wan.. Naik sini," kata Nadia.
Darmawan lalu menaiki tubuh Nadia. Nadia lalu mengelap mulut Darmawan yang basah oleh cairan memeknya. Nadia tersenyum, lalu mengecup bibir Darmawan.
"Mau tidak kontol kamu saya hisap," kata Nadia.
"Mau tante," kata Darmawan bersemangat.
"Bangkitlah.. Sinikan kontol kamu," kata Nadia sambil tangannya meraih kontol Darmawan yang tegang dan tegak.
Darmawan lalu mengangkangi wajah Nadia. Nadia segera mengulum kontol Darmawan. Tidak hanya itu, kontol Darmawan lalu dijilat, dihisap, lalu dikocoknya silih berganti. Darmawan tubuhnya mengejang menahan rasa nikmat yang teramat sangat. Tangannya berpegangan pada pinggiran ranjang.
"Ohh.. Tantee.. Enaakk..." jerit kecil Darmawan sambil memompa kontolnya di mulut Nadia.
"Masukkin ke memek, sayang..." kata Nadia setelah dia beberapa lama menghisap kontol Darmawan.
Darmawan lalu mengangkangi Nadia. Sementara tangan Nadia memegang dan membimbing kontol Darmawan ke lubang memeknya.
"Ayo tekan sedikit, sayang..." kata Nadia.
Darmawan berusaha menekan kontolnya ke lubang memek Nadia sampai akhirnya.. Bless.. Bless.. Bless.. Kontol Darmawan berhasil masuk dan mulai memompa memek Nadia. Darmawan merasakan suatu kenikmatan yang tiada tara pada batang kontolnya.
"Bagaimana rasanya, Wan?" tanya Nadia sambil tersenyum dan menggoyang pantatnya.
"Ohh.. Sangat enakk, tanttee..." kata Darmawan tersendat sambil memompa kontolnya keluar masuk memek Nadia.
Nadia tersenyum.. Setelah beberapa lama memompa kontolnya, tiba-tiba tubuh Darmawan mengejang. Gerakannya makin cepat. Nadia karena sudah mengerti langsung meremas pantat Darmawan dan menekankannya ke memeknya. Tak lama.. Crott.. Croott.. Croott.. Croott..
"Ohh.. Hohh..." desah Darmawan. Tubuhnya lemas dan lunglai di atas tubuh Nadia.
"Udah keluar? Bagaimana rasanya?" tanya tante Nadia sambil memeluk Darmawan.
"Sangat enak, tante..." kata Darmawan.
*****
Itulah pengalaman nyata dari Nadia yang saya paparkan sesuai dengan aslinya ditambah sedikit reka-reka sensual dari saya. Menurut Nadia, kejadian ini baru berjalan mulai 2 bulan yang lalu. Sampai saat ini mereka masih sering melakukan persetubuhan di rumah Nadia setiap ada kesempatan. Menurutnya lagi, dalam satu hari/sepanjang siang, mereka biasanya bisa melakukan 2 kali persetubuhan, mungkin karena Darmawan masih muda. Perlu dijelaskan bahwa menurut Nadia, cintanya pada Herman tidak pernah berubah. Kejadian itu bermula tanpa ada niat dan keinginan. Terjadi begitu saja. Hanya saja menurut Nadia, ternyata cinta tidak selamanya membuat terikat pada sesuatu atau seseorang. Demikian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar